Jumat, 13 Juni 2014

Separuh Pengguna Seluler Dunia dari Asia Pasifik

Wilayah Asia Pasifik ternyata memiliki pertumbuhan pengguna seluler yang cukup pesat. Akhir 2013 terdapat sekitar 1,7 miliar pengguna seluler di wilayah itu.

Laporan GSM Association (GSMA) yang bertajuk "Mobile Economy Asia Pacific 2014" memprediksi jumlah pengguna seluler di dunia hingga akhir 2013 mencapai 3,4 miliar yang separuhnya berasal dari Asia Pasifik. Jumlah pengguna seluler diperkirakan meningkat 5,5 persen setiap tahunnya hingga mencapai 4,8 miliar pada 2020. Ini artinya, pelanggan seluler di Asia Pasifik akan mencapai 2,4 miliar pada 2020.

"Asia Pasifik merupakan yang terdepan di bidang seluler, baik dari sisi jumlah maupun inovasi layanan. Ini mencerminkan posisi Asia Pasifik sebagai wilayah dengan pasar dan penduduk yang beragam," kata Direktur GSMA, Anne Bouverot, yang dikutip dari laman resmi GSMA, Selasa 10 Juni 2014.
Inovasi di wilayah ini merata di semua bidang, dari layananmobile supercepat, hingga penyediaan layanan penting seperti pendidikan, kesehatan, dan perbankan.
"Di setiap aksi investasi yang dilakukan oleh operator seluler, terbukti cukup membantu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja," kata Direktur GSMA, Anne Bouverot, yang dikutip dari laman resmi GSMA, Selasa 10 Juni 2014.

Mayoritas pengguna seluler di Asia Pasifik terkonsentrasi di 4 negara, yakni Tiongkok, India, Jepang, dan Indonesia. Keempat negara ini mendominasi sepertiga pelanggan seluler global.
Tiongkok berada di posisi pertama sebagai negara dengan pelanggan seluler terbanyak, yakni 630 juta pelanggan pada akhir 2013, setara dengan penetrasi 46 persen dari jumlah populasi di negara itu. Bahkan, GSMA mengenali adanya 1,13 miliar koneksi mobile di Tiongkok. Artinya, banyak dari pelanggan seluler di Tiongkok yang menggunakan sim card lebih dari satu.

Kontribusi operator terhadap ekonomi

Dalam laporan GSMA juga dipaparkan betapa industri seluler telah memberikan kontribusi cukup besar terhadap produk domestik bruto (PDB) di Asia Pasifik selama 2013. Kontribusinya mencapai US$864 miliar atau setara dengan 4,7 persen secara keseluruhan.
Pada tahun tersebut, industri disinyalir telah menyediakan 3,7 juta lapangan kerja dan memberikan US$82 miliar ke pendanaan publik.

Pada 2020, kontribusi ini diprediksi lebih besar lagi. Kontribusinya mencapai lebih dari 6,9 persen dari total PDB. Untuk urusan lapangan kerja, industri ini akan membuka 6,1 juta lapangan kerja baru pada 2020.

Dalam kurun 6 tahun terakhir, total belanja modal 
(capex) perusahaan seluler di Asia Pasifik mencapai US$430 miliar. Tambahan US$730 miliar untuk capex akan digelontorkan operator di Asia Pasifik sepanjang 2014 hingga 2020.

Perkembangan mobile broadband

Migrasi pelanggan seluler ke jaringan mobile broadband 3G atau 4G telah terjadi sejak lama. Pada 2013, perpindahan ini semakin ramai di Asia Pasifik.
Hampir seperempat dari koneksi mobile, yang berjumlah 3,4 miliar, memutuskan untuk berpindah ke mobile broadband 3G, sedangkan pelanggan yang menggunakan layanan 4G mencapai 3 persen saja.
Meski masih kecil, angka ini diprediksi meningkat sebanyak 34 persen dan 28 persen dari total 4,8 miliar sambungan yang akan memadati industri pada 2020.

GSMA menemukan jika Korea Selatan merupakan negara dengan pasar 4G yang paling matang. Selain itu, di antara semua negara di Asia Pasifik, hanya Korea Selatan yang berkomitmen untuk membuat seluruh populasi di negaranya terselimuti jaringan 4G.
Akhir 2013, separuh dari total populasi di Korea Selatan menggunakan jaringan 4G. Korea dianggap memberikan kontribusi besar terhadap penetrasi 4G secara global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar