Kamis, 29 November 2012

Nasibmu Oh TKI


Kembali terjadi untuk ke sekian kali, hal yang menjadi sorotan hangat yakni seorang TKI yang mengalami perkosaan oleh tiga polisi diraja Malaysia. Tampaknya masalah-masalah yang terkait dengan perlakuan tidak baik terhadap TKI tak kunjung usai. Mulai dari penipuan, pembunuhan, proses hukuman mati, penyiksaan, perkosaan, dan masih banyak lagi berbagai permasalahan lainya. 

Sepertinya mengirim TKI ke Luar Negeri identik dengan mengirim masalah, sepertinya pemerintah harus mengkaji ulang mengenai pengiriman tenaga kerja keluar negeri. Memang butuh kerja keras untuk menangani persoalan yang terkait dengan TKI, Jika hanya mengandalkan kebijakan pemerintah saja, sepertinya tidaklah cukup.
Disini saya mencoba memberi sedikit tips bagi para TKI ataupun TKW yang akan bekerja di negeri orang antara lain:

Potret Stratifikasi Dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia

Indonesia adalah Negara yang berlandaskan hukum, seperti itulah yang tertulis dalam konstitusi yang menjadi payung hukum tertinggi Negara Republik Indonesia. Sebagai Negara hukum maka sudah sepantasnya hukum menjadi panglima dalam gerak roda Pemerintahan.  Mewujudkan negara hukum  bukanlah hal mudah, diperlukan bukan hanya kecakapan dalam penguasaan pengetahuan hukum tapi lebih pada keberanian dalam menegakkan hukum itu sendiri.

Sejak bergulirnya REFORMASI hingga sekarang penegakan hukum seolah selalu menemui berbagai hambatan. Seperti yang disajikan pada berbagai media massa adalah jauh beda antara harapan dan kenyataan. Entah apa penyebabnya sehingga hukum begitu mudah terkalahkan. di pengadilan banyak kasus korupsi yang berakhir dengan vonis bebas, tersangka melarikan diri dan menyatakan diri sakit menjadi fenomena tersendiri dalam penegakan hukum dinegeri ini. hingga lembaga semacam KPK  (Komisi Pemberantasan Korupsi)  tidak dapat berbuat banyak.

Qurban dan Kepedulian Sosial


Saya hanya bisa menanggapi beberapa hal terkait dengan realita kehidupan kita saat ini. Memang benar bahwa realita kehidupan bermasyarakat kita cenderung individualistis. Kepekaan sosial, empati sosial terkikis oleh materialisme dan juga hegemoni kehidupan keduaniawian. Namun pengaruh Agama sebagai pegangan hidup seseorang, dapat mematahkan itu semua. Qurban, ajaran Islam yang dicontohkan Nabi Ibrahim a.s, yang mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelih putra tercintanya Ismail a.s. Ketulusan Ibrahim untuk menyembelih putranya atas perintah Allah, merupakan bentuk pengorbanan yang sangat mendalam, yang kemudian turun perintah untuk menyembelih Hewan Qurban. 

Menariknya di dalam Islam, kendatipun ibadah qurban dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Namun nilai-nilai sosial (solidaritas sosialnya) tetap terpelihara. Bahkan esensi dari ibadah qurban itu sesungguhnya terletak pada distribusi hewan qurban kepada orang-orang yang tidak mampu agar mereka memiliki perbekalan makanan pada Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik. Dengan pemberian daging kurban diharapkan mereka juga dapat bergembira dalam merayakan Idul Adha.
Tiga esensi sosial yang terdapat pada Ibadah Qurban ini, yaitu:

Senin, 26 November 2012

KTP-nya Sudah Nasional, Masih Adakah Disparitas?

Desa dan kota adalah tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Pedesaan dan Perkotaan adalah tempat kita pula sekolah dan mencari nafkah. Sampai sekarang kedua tempat tersebut masih dibedakan secara geografis. Kehidupan di pedesaan masyarakatnya tidak sebaik kehidupan di perkotaan. Sampai hari ini, hampir sebagian besar orang desa berbondong-bondong ingin hidup dan mengais rezeki di daerah perkotaan dan akibatnya terjadi urbanisasi. Kehidupan di perkotaan pada umumnya lebih baik karena fasilitas infrastrukturnya secara rata-rata memang lebih baik. Celakanya, banyak orang, khususnya anak mudanya malu hidup di daerah pedesaan, bahkan merasa malu kalau disebut wong ndeso. Menjadi orang desa dianggap kuno, sementara itu kalau hidup di kota dianggapnya menjadi manusia modern. Akibat dari semuanya itu, maka sampai saat ini terjadi gap antara kehidupan kota dan kehidupan desa, baik secara sosial maupun secara ekonomi.

Anak Betawi Lupa Budayanya

“Anak Betawi Ketinggalan Zaman, katenye, Anak betawi Gak Berbudaye, katenye”. Lagu yang populer pada zamannya tersebut terdengar tak asing. Potongan lagu tersebut adalah Sountrack Sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang menceritakan Anak Betawi yang berusaha menerapkan nilai-nilai budayanya ditengah ibukota dengan budaya yang beragam. Ketika melintas di Daerah Cagar Budaya Betawi “Setu Babakan Ciganjur” berbagai acara dan pentas budaya pun digelar. Satu diantaranya, tentu saja, penampilan ondel-ondel yang merupakan ciri khas Betawi.

Kesenian Budaya Betawi yang hampir terlupakan, boneka besar dengan bobot sepuluh kilogram yang menjadi kebanggaan warga Jakarta inilah ondel –ondel. Kesenian ini menjadi ciri khas/icon pada saat acara pesta pernikahan ataupun perayaan ulangtahun kota Jakarta. Berbagai inovasi pun terus dilakukan, sebagai bentuk upaya pelestarian terhadap boneka yang dulunya dipercaya sebagai penolak bala baik dalam bentuk, ukuran, maupun bahan baku.

Selingkuhnya Pria Biasa, Selingkuhnya Wanita???

Tidak satupun dari pihak pria maupun wanita yang mengucapkan janji setia berkeinginan untuk selingkuh. Bahkan janji setia yang sering dan umum diungkapkan dua sejoli adalah “Cinta Sehidup Semati”. Lalu bagaimana bila terjadi perselingkuhan diantara pasangan tersebut.  Perselingkuhan adalah insiden terbesar yang dapat menyebabkan perceraian. Rasanya kita sudah mengerti akan hal tersebut. Perselingkuhan. Fenomena selingkuh biasanya terjadi pada pihak pria/suami, namun bagaimana jika pihak wanita/istri yang selingkuh? Bencana.
Fakta menarik yang bisa kita lihat di dalam masyarakat. Yaitu, perempuan selingkuh akan lebih sulit untuk dimaafkan suaminya dibanding bila yang memiliki affair adalah sang suami. Tiada ampun bagi perempuan yang selingkuh. 

Para ahli percaya bahwa ikatan perasaan adalah alasan utama penyebab perempuan berselingkuh. Sedangkan lelaki? Tentu saja karena pesona fisik. Bagaimanapun, pengkhiantan badani atau “sekedar” perasaan, keduanya tidak dapat diterima masyarakat. Kendati ikatan fisik atau perasaan tidak diperhitungkan sebagai faktor penyebab, perselingkuhan tidak dapat diterima secara moral.