Jumat, 03 April 2015

Fenomena Pria Metroseksual

Tugas 1 Mata Kuliah Bahasa Indonesia #2

Coba perhatikan sekeliling kita, rasanya sebutan pria sebagai makhluk yang cuek dengan penampilan, mulai terkikis sedikit demi sedikit. Saat ini, makin banyak pria yang stylish dan mendandani dirinya agar tampil lebih menarik. Mulai dari rajin nge-gym, hobi belanja, sampai melakukan perawatan di salon, adalah beberapa ciri khas pria metroseksual. 

Di masa 10 tahun lalu banyak orang yang menganggap aneh kalau ada pria pergi ke salon untuk perawatan wajah dan memanjakan tubuh. Demikian pula jika ada pria berdandan dinilai sebagai hal yang tidak wajar. Bahkan ada pria yang tidak kalah dibandingkan wanita dalam hal perawatan tubuh dan ikut tren mode. Pria seperti ini mendekonstruksi tatanan pemahaman umum bahwa yang punya hak merawat tubuh dan mengikuti perubahan mode hanya wanita.

Istilah metroseksual ini pertama kali diperkenalkan pada 15 November 1994 oleh Mark Simpson dalam sebuah artikel di koran Inggris, The Independent. Pria-pria ini berani merusak kode maskulin dan merengkuh sisi femininnya. Uang dan waktu banyak digunakan untuk penampilan dan belanja. Artis-artis top dunia pun telah mengampanyekan gaya hidup ini. Bahkan bintang sepak bola, David Beckham dianggap sebagai salah satu ikon metroseksual.

Dahulu hanya segilintir pria yang bergaya metroseksual. Tapi, efek media massa membawa pria yang berada di kehidupan metropolitan di penjuru dunia, mulai terayu dengan gaya hidup ini. Kehidupan metropolitan telah menuntut para pria untuk mengikuti tata cara metropilis universal seperti etika di acara formal, table manners, dan tentu saja tentang gaya hidup dan mode.

Pada awalnya, sebutan metroseksual dipandang hanya sebagai gaya hidup yang memperhatikan pada penampilan, namun dari perspektif lain, pria metroseksual adalah pria yang selalu memandang hidup dengan optimistis dan realistis. Pria metroseksual memahami bahwa dalam hidup selalu ada beberapa pilihan, sehingga selalu mencari yang terbaik. 

Hal lain dari yang menyadari apa yang dilakukannnya, terkadang pria yang selalu berpakaian rapi dan necis dimana dianggap sebagai pria metroseksual, ternyata pelakunya banyak yang tidak paham dengan maksud tersebut. Justru ketika pria ini dikatakan metroseksual, mereka merasa keberatan, karena beberapa beranggapan pria metroseksual memiliki konotasi negatif, karena kata metroseksual juga identik dengan “anak cantik”. 

Pendapat lain mengungkapkan, metroseksual bisa menjadi pemisah dengan gaya berpenampilan ala gay. Pria juga kerap berpenampilan rapi. Dan, metroseksual dianggap pemisah antara pria normal yang berpenampilan menarik dengan pria gay.

“Saya menemukan orang-orang saling memiliki pendapat bertentangan tentang metroseksual tersebut. Kadang-kadang satu orang mengungkapkan konotasi negatif dan positif pada kedua kata,” kata Erynn Masi de Casanova, peneliti dari Universitas Cincinnati Amerika Serikat.

Lalu, apakah pria metroseksual memiliki kecenderungan menjadi gay? Pergaulan ternyata dapat membentuk watak seseorang. Hal itu menjadi kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Masrur Yusuf dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. 

Hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata ada korelasi positif antara gaya hidup seorang metroseksual dengan kecenderungan menjadi gay. Menariknya, mereka bukanlah berasal dari kalangan sembarangan. Kebanyakan berasal dari kalangan jetset dengan kisaran usia antara 30-45 tahun.

"Pria atau kaum metroseksual itu memiliki gaya hidup yang narsis, hedonis, dan dandis. Mereka memang dari kalangan yang berduit. Bagi mereka, sudah tidak ada lagi batasan yang membedakan pria dan wanita. Pria ataupun wanita sama saja," jelas mahasiswa yang akrab dipanggil Arul ini.

Selama penelitian, Arul harus berjibaku dengan segala godaan yang diterimanya. Bahkan, ia mengaku godaan tersebut hampir membuatnya terlena saat menggali data. Untuk mendapatkan data yang valid, dia harus rajin datang ke mall, gay bar, butik pria, dan tempat-tempat tertentu lainnya.

Pria metroseksual lebih dari sekedar fakta melainkan juga sebuah fenomena yang kian menggejala di hampir semua kota besar dewasa ini. Pria metroseksual adalah pria yang women-oriented dan memiliki karakteristik unik seperti narsis dan merawat dirinya seringkali melebihi apa yang dilakukan oleh wanita. Mereka bisa membeli apa pun yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan pekerjaan dan penampilan. Kebanyakan pria metroseksual memiliki pendapatan yang besar. Hal ini diperlukan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan mereka terutama yang berkaitan dengan penampilan. Hal ini menyebabkan perilaku konsumtif yang mereka tunjukkan relatif agak berbeda dengan orang kebanyakan. 

Untuk itu saya menghimbau masyarakat agar jangan sampai terjerumus dalam pergaulan yang salah, apalagi terlalu dalam masuk "jurang" kehidupan metroseksual dan terlibat secara langsung kehidupan kaum gay. Sebab, jika terlalu masuk dalam kehidupan kaum gay maka akan sulit untuk mengembalikan sebagai kehidupan sebelumnya. Namun, jika ingin mengetahui proses kehidupannya tidak akan menjadi masalah yang besar.


Pria metroseksual merupakan para penikmat hidup sejati. Ini tidak lepas dari kemampuan finansial yang mendukung.  Namun, mereka tidak hanya hidup dalam keglamoran semata, sebagian besar pria metroseksual juga merupakan pekerja cerdas yang penuh percaya diri, berdedikasi tinggi, serta berkomitmen kepada karya dan keluarga. “Jangan menilai buku itu dari kulitnya.” Sekalipun kulit buku atau sampul buku itu tidak bagus dan tidak menarik, belum tentu isinya juga tidak bagus dan tidak menarik. Sebaliknya, belum menjadi jaminan bahwa sampul atau kulit yang menarik menentukan isi buku yang menarik juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar